Nol Kilometer

panorama
Foto : Taman Bungkul by Teguh

Dimanakah letak nol kilometer ? tentu ya di tengah-tengahnya, pusat dari segala arah. Nol kilometer, titik tengah dan pusat Kota Surabaya ada di Taman Bungkul. Dari situlah awal perhitungan jarak ke semua arah dari Surabaya. Waktu jaman reformasi dan setelahnya, lahan yang banyak ditanami bunga dan pohon itu dijadikan start awal para demonstran menggelar aksinya, sebelum kemudian bergerak menuju Balaikota atau Gedung Grahadi. Nol kilometer mempunyai makna yang sesungguhnya bagi para demonstran itu.

Di taman itu juga terdapat makam Mbah Bungkul, yang juga dikenal dengan sebutan Sunan Bungkul. Konon Beliau adalah mertua dari Sunan Ampel, salah satu sunan yang sembilan (Wali Songo). Banyak peziarah yang datang ke makam itu. Tidak sedikit pula rombongan dari daerah menyempatkan diri berkunjung sebagai pelengkap ziarah Wali Songo.

Kini Taman Bungkul berubah wajah menjadi taman kota yang modern. Berbagai fasilitas disediakan, mulai tempat untuk duduk santai, arena bermain, tempat lari sampai tempat anak muda beraksi dengan sketboard dan sepeda. Pedagang kaki-lima yang dulu semrawut kini sudah tertata rapi, tidak lagi mengganggu pemandangan tetapi memperindah dan melengkapi Taman Bungkul. Kemoderenannya ditandai dengan adanya akses internet tanpa kabel (hotspot). Sambil duduk santai pengunjung bisa berselancar menjelajah dunia maya.

Ya, atas prakarsa Pemerintah Kota Surabaya dan salah satu BUMN telekomunikasi di Indonesia, dilakukan pemugaran Taman Bungkul. Biaya pemugarannya lebih dari 1 miliar rupiah. Nilai yang sangat besar untuk ukuran proyek pemerintah kata Bambang DH sekalu Walikota saat meresmikan Taman Bungkul yang baru. “Belum tentu pemerintah sanggup membiayai proyek-proyek seperti ini, makanya pemerintah berharap ada kepedulian dari pihak swasta atau BUMN untuk ikut menyediakan fasilitas umum bagi masyarakat” tambahnya lagi.

Sebagai masyarakat, kita patut memberikan penghargaan pada swasta atau BUMN yang sudah mewujudkan kepedulian sosialnya, meskipun ini merupakan sebagian tanggung jawabnya. Karena kepedulian itu, kini masyarakat Surabaya bisa menikmati taman kota yang indah. Tetapi yang lebih penting dari itu adalah bagaimana masyarakat bisa ikut merawat dan menjaga taman yang sudah indah ini dengan tidak merusak fasilitas dan wahana yang ada.

Mengapa perlu disampaikan seperti itu ? Karena saat ini sudah ada tanda-tanda kerusakan yang bisa dilihat. Lampu taman sudah banyak yang mati, wahana sudah rompal disana-sini dan sampah tidak dibuang pada tempat yang telah disediakan. Padahal belum berjalan satu tahun sejak diresmikan. Kalau terus terjadi demikian bukan tidak mungkin Taman Bungkul menjadi semrawut dan tidak indah lagi.

Sungguh sayang jika taman yang sudah tertata itu kembali menjadi nol lagi. Biarlah nol itu menjadi miliknya kilometer saja jangan untuk Taman Bungkul. imam-

One response to “Nol Kilometer

  1. Semakin banyak taman kota seperti taman bungkul ini, tentunya semakin menambah rasa nyaman tinggal di Surabaya baik sebagai tempat tinggal maupun tempat kerja. Sukses dech buat Pemkot Surabaya.

Leave a comment